sms gratis

Kamis, 05 Januari 2012

[feature] Museum Guru Besar Pendidikan Republik Indonesia. Museum Dewantara Kirti Griya


Museum Guru Besar Pendidikan Republik Indonesia. Museum Dewantara Kirti Griya
  Foto:Handung
Suasana penyambutan yang di depan Museum Dewantara Kirti Griya oleh Ki Agus Purwanto[kiri] selaku pegawai setempat bagian teknis dan pemandu Museum di depan pintu masuk rumah sekaligus Museum Dewantara Kirti Griya


Hanya gerimis kecil yang menemani kita menuju Museum Dewantara Kirti Griya yang berada di Jalan Tamansiswa no. 25 atau satu kompleksw dengan sekolah Tamansiswa. Lebih dari sepuluh motor jalan beriringan dari kampus Universitas Ahmad Dahlan (UAD) di Jalan Pramuka no. 42. Jaket almamatrer warna oranye pun tampak mencolok di jalan yang kami lalui.
“Selamat datang di Museum Dewantara Kirti Griya,” sambut Ki Agus Purwanto selaku Bagian Teknis dan pemandu Museum tersebut. Menurut Ki Agus, museum ini telah dibuka untuk khalayak umum sejak 2 Mei tahun 1970 dan nama Kirti Griya tersebut merupakan tempat atau rumah yang berisi karya-karya beliau dari mulai beliau belajar di sekolah dasar ELS (sekolah Dasar Belanda/Eropa) sampai syair yang diberikan oleh Koh Hwat seorang keturunan Tionghoa pada tahun 2003. Sebelumnya bangunan ini telah melalui beberapa tahap pemugaran tapi hanya pemugaran kecil saja yang tidak sampai merubah bentuk asli dari bangunan tersebut, pemugaran terakhir selesai pada bulan September kemarin dan pemugaran tersebut meliputi penggantian atap bangunan dan drainasi bangunan tersebut.
2 Mei, siapa yang tidak tahu peringatan hari apa pada setiap tahunnya.? Para akademisi di negeri kita pasti tahu bahwa pada tanggal 2 Mei memperingati Hari Pendidikan, pada tanggal yang sama lah Ki Hadjar Dewantara dilahirkan lebih tepatnya pada tahun 1889.
Ki Hadjar Dewantara sendiri adalah seorang keturunan raja nama asli beliau sendiri adalah Soewardi Surjadiningrat dan berhubung beliau merupakan keturunan seorang raja beliau juga memiliki gelar kebangsawanan yaitu Raden Mas tapi seiring berjalannya waktu beliaulah sendiri yang melepas gelar kebangsawannya sendiri dan mengganti namanya menjadi Ki Hadjar Dewantara
Menurut Ki Agus Purwanto, bangunan ini bergaya campuran antara Jawa kuno dan Eropa terlihat dari pilar-pilar bangunan ini dan tembok yang tebal dan letak unsur Jawa itu sendiri terlihat dari atap limasan bangunan ini. “Apakah ada kerusakan yang dialami bangunan ini ketika terjadi bencana gempa bumi yang melanda yogya pada beberapa tahun lalu dan erupsi merapi taun kemarin?” tanyaku yang penasaran terhadap kondisi waktu dulu “Allhamdulilahnya pada saat gempa besar melanda jogja dan sekitarnya tidak terjadi kerusakan parah yang menimpa bangunan ini, hanya saja retak-retak pada beberapa dinding dan hanya beberapa dari genting bangunan ini yang turun. Padahal daerah sekitar sini adalah daerah yang termasuk daerah yang parah, jika pada erupsi gunung merapi kemarin hanya abu vulkanik saja yang menutupi atap bangunan ini.” ujar Ki Agus menanggapi pertanyaan tadi.
Didalam bangunan bergaya campuran Jawa eropa tersebut banyak terdapat karya-karya beliau beberapa karya beliau yang terkenal adalah buku yang tentang pendidikan yang sangat terkenal dikalangan akademisi di negara kita. Menurut Ki Agus, orang-orang pintar yang ada di negeri ini dirasanya pernah membaca buku beliau, buku yang lain adalah buku yang didalamnya mengupas tentang kebudayaan
“Kalau jumlah total semua koleksi yang ada disini itu semuanya ada berapa Pak?” pertanyaanku keluar kembali.” Kalau di total semua mungkin bisa mencapai lebih dari seribu koleksi yang ada di ruangan ini. Berhubung belum ada penelitian yang terkait jumlah total barang-barang koleksi yang ada di Museum ini karena jika diadakan penelitian maka penelitian tersebut tidak akan rampung dalam kurun waktu satu tahun. Tidak cukup mendatangkan satu ahli saja, setidaknya dibutuhkan sejarawan, arkeolog, dan orang yang mengetahui seluk beluk tentang Ki Hadjar Dewantara tersebut. Ki agus menanggapi pertanyaan tadi.
Sepengetahuan Ki agus, Ki Hadjar Dewantara sendiri tidak semata-mata meninggalkan barang-barang yang hanya bisa dilihat saja melainkan beliau juga meninggalkan atau lebih tepatnya mewariskan sebuah intitusi pendidikan yang di dirikan langsung oleh beliau dengan nama Nationaal Onderwijs instituut Tamansiswa atau yang labih deikenal sekarang dengan nama Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa yang digagas pada waktu dulu untuk melepaskan belenggu kebodohan dari masyarakat pribumi dimana apabila kondisi suatu bangsa bodoh, maka bangsa lain dengan sangat mudah menindasnya, seperti yang dilakukan oleh pihak Hindia-Belanda yang menjajah negara kita selama 350 tahun lamanya.
Pada rapat pamong Tamansiswa yang diadakan pada tahun 1958, Ki Hadjar Dewantara lah sendiri yang meminta untuk menjadikan rumahnya yang berada di Jalan Tamansiswa no. 25 untuk di jadikan suatu museum memorabilia yang mengenang perjuangan beliau dalam melakukan perjuangan melawan penindasan penjajah dan melawan kebodohan yang terus membelenggu warga pribumi. Akhirnya permintaan beliau tersebut bisa terkabul setelah beliau wafat pada tanggal 26 april 1959. Mulai tahun 1960 Tamansiswa mulai mengusahakan impian Ki Hadjar Dewantara untuk menjadikan bekas rumahnya menjadi sebuah museum memorabilia. Pada waktu Ki Drs. Moh. Amir Sutaarga bertugas di nasional Jakarta dan beliau juga merupakan kerabat Tamansiswa bersedia datang ke Yogyakarta dan memberikan ilmu pengetahuan mengenai pengetahuan dasar mengenai permuseuman. Tidak kurang selama tiga hari berturut-turut beliau memberikan dasar-dasar permuseuman kepada kepala Museum Sonobudoyo, Museum TNI-AD dan calon petugas Museum Dewantara Kirti Griya. Pada tahun 1963 dibentuklah panitia pendiri Museum Dewantara Kirti Griya yang terdiri dari keluarga Besar Kihadjar Dewantara, keluarga Tamansiswa, majelis luhur Tamansiswa dan sejarawan.
Setelah beberapa tahun melalui beberapa tahap demi tahap akhirnya museum tersebut diresmikan langsung oleh istri Ki Hadjar Dewantara, Nyi Hadjar Dewantara pada hari ulang tahun Ki Hadjar Dewantara tanggal 2 Mei 1970 dengan harapan museum memorabilia ini dapan memberi pengetahuan mengenai perjuangan beliau selaku bapak pendidikan Indonesia yang bisa dikatakan pula sebagai guru besar negeri kita ini dan sebagai pendiri yayasan Tamansiswa.Sigit Siswanto


Tidak ada komentar:

Posting Komentar